Es Teh Rosella

Dokumen Pribadi

Kemarin saya mampir ke sebuah kafe, dan bisa-bisanya tidak memesan kopi.

Sudah beberapa bulan saya tidak benar-benar menulis seperti waktu-waktu sebelumnya. Setelah sekian banyak kejadian yang saya alami, entah kenapa malah membuat saya kebingungan sendiri harus mulai menuliskannya dari mana. Padahal saya sudah mewanti-wanti diri, sesibuk apapun saya bekerja, mesti ada waktu untuk tetap menulis.

Biasanya, saya akan menuliskan hal-hal kecil di note telepon genggam, atau pada Twitter yang sepi pengikut juga pada akun Instagram kedua setelah akun pertama dipenuhi oleh anak-anak murid saya.

Kemarin, saya temu kangen dengan seorang kerabat. Dulunya, kami sempat sangat dekat. Maksud saya hampir setiap menit bahkan detiknya kami bertemu. Sekarang, butuh waktu mingguan bahkan bulanan hanya untuk bisa bertatap muka.

Kami memilih Kota Tua sebagai tempat melalang buana. Tapi memilih Stasiun Manggarai sebagai titik temu pertama sebelum akhirnya sama-sama menuju Jakarta Kota.

Saya berangkat pukul 8.30 dari tempat kos dan sampai di lokasi tujuan sekitar pukul 10.20. Perjalanan terasa cukup panjang. Oleh sebab adanya revitalisasi jalur KRL tujuan Manggarai.

Tiba di Kota Tua, kami memilih Museum Wayang untuk disinggahi. Sudah lama sekali rasanya saya tidak mengunjungi tempat main seperti ini. Saya selalu merasa terpanggil tiap kali datang ke tempat-tempat para pemilik otak kanan berkarya. Awalnya, saya merasa semakin jauh dari harapan-harapan saya dulu. Tapi kemarin, saya marasa kembali. Menuntun harapan-harapan saya, lagi.

Mbak, aku mau buat pameran kayak gini, nanti. Do’ain ya.” Ujar saya pada kerabat saya itu.

Ia mengamini.

Setelahnya kami memasuki Museum Seni Rupa, Keramik lalu dan lalu. Setelah lelah melangkah kamipun beristirahat sebentar. Kami memilih Historia Cafe sebagai tempat persinggahan sementara.

Seorang perempuan muda menghampiri kami,

Berapa orang kak?” katanya dengan ramah
Dua kak
Mau duduk di mana? Smoking area atau yang tidak?” tanyanya (lagi) dengan suara lembut sekali
No smoking
Baik, silakan” masih dengan suara lembut disertai senyuman.

Tempat ini sepi pengunjung, desain interiornya menyenangkan; asik buat baca buku berjam-jam. Cocok lah untuk saya. Tapi, yang agak kurang cocok itu menunya. Beberapa terlihat memiliki nama aneh dan saya malas menerka-nerka, sisanya karena mahal. Tapi ada satu hal yang luput dari pikiran saya ketika itu. Saya tidak memesan kopi. Saya tidak ingat persis kenapa. Entah tidak ada menu kopi di sana, atau karena saya sudah dibuat bingung dengan menu-menu lainnya. Yang saya ingat, saya langsung membuka menu aneka teh dan memilih teh Rosella. Es teh terenak yang pernah saya coba, sejauh ini. Tapi, tetap tidak menggantikan posisi kopi, sih. Meski sampai hari ini saya masih berpikir, “kok ya bisa-bisanya kemarin saya tidak memesan kopi“.

Sfjr, Jakarta, 27/10/19